Pendahuluan
Pada dasarnya masyarakat memiliki pandangan tersendiri terhadapat konsep perilaku normal dan abnormal. seseorang dapat dikatakan normal apabila berperilaku sesuai dengan aturan ada di dalam masyarakat dan seseorang dapat dikatakan abnormal apabila berperilaku tidak sesuai dengan aturan yang ada di dalam masyarat. Namun, sebenarnya sangat sulit untuk menentukan seseorang yang berperilaku normal atau abnormal karena sulit menemukan sosok ideal atau sempurna dan tidak ada batasan yang tegas untuk membedakan perilaku normal dan abnormal.
Menurut WHO, seseorang dapat dikatakan sehat apabila sejahtera secara fisik, mental, sosial secara utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau keadaan lemah tertentu.
Teori
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu mencakup :
- Ide - ide untuk mengidentifikasi gejala patologi
- Sebab - sebab gejala
- Cara mengatasi
pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologi dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan.
Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan. Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
- Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
- Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.
Prilaku abnormal psikologi menggunakan acuan DSM (Diagnostic and Statistical manual of mental disorder) DSM adalah system klasifikasi gangguan - ganguan mental yang paling luas di terima. DSM menggunakan kriteria diagnostic specific untuk mengelompokkan pola - pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri - ciri klinis yang sama dan suatu sistem evaluasi yang multiaksial. Sistem aksial terdiri dari 5 klasifikasi. penilaian perilaku abnormal dapat ditelaah menggunakan berbagai cara (metode) salah satunya metode - metode assesment yang harus reliabel dan valid yang dapat di ukur secara biologis dan secara psikososial yaitu :
Secara Biologis
1. Kerusakan Gen
adanya penurunan gen/komponen yang tidak lazim/abnormaly kromosom yang menyebabkan perkembangan janin menjadi terganggu karena adanya malformas/bentuk yang salah, misalnya Down Syndrome.
2. Leabilitas Konstutional
Adanya karakteristik tertentu yang dibawa seseorang sejak dini (terutama pada masa prenatal) yang akan berpengaruh dalam menentukan tingkah laku selanjutnya, selain itu ysng turut menentukan tingkah laku abnormal seseorang kondisi tubuh yang rentan terhadap penyakit, cacat fisik serta keenderungan reaksi primer individu (cara individu bereaksi terhadap stimulus yang diberikan, biasanya berawal dai masa bayi sebagai akibat dari reaksi pertama dengan lingkungan seperti sensitifitas tertentu terhaap stimulus yang ada atau diberikan)
3. Kerusakan Otak
Penyebab kasus Retardasi Mental pada seseorang disebabkan oleh kerusakan mental. Kerusakan trjadi karena seseorang yang rentan terhadap perubahan biokimia diotaknya pada saat kondisi stres yang menyebabkan tingkah lakunya abnormal seperti gangguan mood, penderita Alzheimer dan lain - lain.
4. Deprivasi/Gangguan fisik
Pada fungsi tubuh seperti pencernaan, peredaran darah, adanya luka atau peyakit tertentu yang menimbulkan rasa sakit/ nyeri mempengaruhi dan menurunkan keseimbangan fisik biasanya mengganggu pula tingkah lakunya, seperti menjadi terganggu secara emosional/sensitive, takut, regresi, dan lain - lain.
Secara Psikososial
1. Deprivasi Dini/Trauma
Adanya pengalaman - pengalaman tertentu yang menyebabkan luka dan sulit disembuhkan/trauma psikis yang menjadikan kehilangan rasa aman, rasa berharga atau wrong perception pada diri atau lingkungannya. hal ini terjadi pada seseorang yang tidak mendapatkan perhatian yang kuat, perasan ditolak/rejection, adanya hukumannya yang keras, inkonsistensi dalam perlakuan pola asuh serta kurangnya komunikasi/interaksi dengan orang tuanya.
Contoh kasus
Analisis Kasus
Secara umum Sally lebih memilih menutup diri dan susah membaur dengan lingkungannya. Ia beranggapan bahwa semua orang yang bertemu dengannya berperilaku yang sama sepertinya karena ia trauma dengan ayahnya yang alkoholic yang berdampak pada rasa takut orang disekitar mengetahui hal tersebut. Masalah itu membuat orang di sekitarnya menganggap bahwa Sally berperilaku yang tidak biasanya dan lebih buruknya, mereka menganggap Sally orang yang "aneh". Padahal sebenarnya ia sedang menghadapi sebuah masalah yang menurutnya normal dilakukan olehnya. Masalah perilaku abnormal yang di tunjukan oleh Sally diketahui oleh Therapis. Untuk mengetahui masalah yang dialami Sally, therapis melakukan pemeriksaan dan menemukan kesimpulan bahwa Sally memiliki masalah psikososial. Seperti yang sudah disebutkan pada teori di atas, masalah psikososial terjadi karena adanya trauma atau rasa sakit masa lalu yang membuat seseorang kehilangan rasa aman, rasa berharga yang akhirnya membuat dirinya memiliki persepsi yang salah terhadap dirinya dan lingkungannya.
Sally, seorang pustakawan 35 tahun, relatif hidup
terisolasi dan tidak punya sahabat. Sejak kecil, ia sangat pemalu dan telah
menarik diri dari hubungan dekat dengan orang lain untuk menjaga dari perasaan
terluka atau dikritik. Dua tahun sebelum dia masuk terapi, ia punya waktu
tertentu untuk pergi ke pesta dengan kenalan yang ia temui diperpustakaan. saat
mereka tiba di pesta, Sally merasa sangat tidak nyaman karena dia tidak pernah
memakai pakaian pesta. Dia terburu-buru pergi dan menolak untuk melihat kenalannya
lagi.
Pada sesi pengobatan awal, dia duduk diam cukup
lama, ia terlalu sulit untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Setelah
beberapa sesi, dia tumbuh untuk mempercayai terapisnya. Dia terkait insiden
ditahun awal dimana ia telah "hancur" oleh perilaku alkoholis ayahnya
yang menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah mencoba untuk menjaga
tentang masalah keluarganya dari teman-teman sekolahnya, namun sudah tidak
mungkin maka dia membatasi persahabatannya, untuk melindungi diri dari kemungkinan
malu atau kritikan.
Ketika Sally pertama kali memulai terapi, ia
menghindari diri untuk bertemu orang yang bisa dipastikan bahwa mereka
"seperti dia." Dengan terapi yang berfokus pada keterampilan sosial,
peningkatan mulai tampak, ia membuat beberapa kemajuan pada kemampuannya untuk
mendekati orang dan berbicara dengan mereka.
Secara umum Sally lebih memilih menutup diri dan susah membaur dengan lingkungannya. Ia beranggapan bahwa semua orang yang bertemu dengannya berperilaku yang sama sepertinya karena ia trauma dengan ayahnya yang alkoholic yang berdampak pada rasa takut orang disekitar mengetahui hal tersebut. Masalah itu membuat orang di sekitarnya menganggap bahwa Sally berperilaku yang tidak biasanya dan lebih buruknya, mereka menganggap Sally orang yang "aneh". Padahal sebenarnya ia sedang menghadapi sebuah masalah yang menurutnya normal dilakukan olehnya. Masalah perilaku abnormal yang di tunjukan oleh Sally diketahui oleh Therapis. Untuk mengetahui masalah yang dialami Sally, therapis melakukan pemeriksaan dan menemukan kesimpulan bahwa Sally memiliki masalah psikososial. Seperti yang sudah disebutkan pada teori di atas, masalah psikososial terjadi karena adanya trauma atau rasa sakit masa lalu yang membuat seseorang kehilangan rasa aman, rasa berharga yang akhirnya membuat dirinya memiliki persepsi yang salah terhadap dirinya dan lingkungannya.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Abnormalitas
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Avoidant+Personality+Disorder
http://www.slideshare.net/nur-arifaizal-basri/psikepribadian-45787799
\http://www.ilmupsikologi.com/2015/10/pengertian-normal-dan-abnormal-dalam-psikologi-menurut-para-ahli.html#ixzz43mxvWy9P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar